Puisi: Angkara

ANGKARA

 Akan ada titik dimana kita merasa harus berbuat apa, harus berkata apa dan harus bagaimana. 

Sementara segala masalah seakan menghajar kita bertubi-tubi semua seolah memusuhi,

dan tak ada yg  memberikan tangan ketika kita berusaha mengapai ngapai.

Pada akhirnya, kita meledak, menangis, berteriak, atau bahkan menghancurkan benda benda di sekitar kita.

Ketika kaca itu pecah
Dan kepalan tanganku di lumuri darah, aku tidak sadar Yang ku tau hanyalah aku gelap mata 

Aku menyalahkan dunia atas ketidak adilan ini, 
Berjuta kenapa berputar di kepala. Aku tidak terima di tusuk oleh seseorang yang paling erat ku peluk.

Kalah
Aku merasa kalah, sedih berganti kecewa, kecewa berganti marah.

Ironisnya menjadi marah adalah hal yang paling menyenangkan

Betapa kita senang membiarkan dedam tetap membara panas

Tanpa kita sadari 
Bara itu membumihanguskan segala kebaikan yang ada dalam diri kita

Akupun terdiam lama
Berusaha mengembalikan kesadaran 
Ini keliru pikirku

Emosi hanya akan membuat seseorang menjadi bodoh, marah tidak marah masalalu tidak bisa di ubah,

Dan angkara tidak akan memperbaiki apapun.


2 Komentar

About the author

Khai
Khai Uta : Indonesia blogger, Author, Poet writer, Traveller blogger, Motivate blogger. Live in Lombok Indonesia .

2 komentar

  1. Nadin
    Nadin
    Udh mau mghrib ehh ada notif. Penasaran dong wkwk yaudh aku baca ehh pusinya nyentuh banget sesua banget sama perasaan yg kita rasain gitu😞
    1. Khai
      Khai
      Hihihi iya dong. Makasih yak idh mampir^^
Hai minna-san^^
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan… Marii mengobrol