ANGKARA
Akan ada titik dimana kita merasa harus berbuat apa, harus berkata apa dan harus bagaimana.
Sementara segala masalah seakan menghajar kita bertubi-tubi semua seolah memusuhi,
dan tak ada yg memberikan tangan ketika kita berusaha mengapai ngapai.
Pada akhirnya, kita meledak, menangis, berteriak, atau bahkan menghancurkan benda benda di sekitar kita.
Ketika kaca itu pecah
Dan kepalan tanganku di lumuri darah, aku tidak sadar Yang ku tau hanyalah aku gelap mata
Aku menyalahkan dunia atas ketidak adilan ini,
Berjuta kenapa berputar di kepala. Aku tidak terima di tusuk oleh seseorang yang paling erat ku peluk.
Kalah
Aku merasa kalah, sedih berganti kecewa, kecewa berganti marah.
Ironisnya menjadi marah adalah hal yang paling menyenangkan
Betapa kita senang membiarkan dedam tetap membara panas
Tanpa kita sadari
Bara itu membumihanguskan segala kebaikan yang ada dalam diri kita
Akupun terdiam lama
Berusaha mengembalikan kesadaran
Ini keliru pikirku
Emosi hanya akan membuat seseorang menjadi bodoh, marah tidak marah masalalu tidak bisa di ubah,
Dan angkara tidak akan memperbaiki apapun.