Cerbung: Pendaki Gunung Misterius [Part 5] - Khai Uta

PENDAKI GUNUNG MISTERIUS

[PART 5 - End]

Tak ada harapan sama sekali bahwa baik Dalton atau Kellen mungkin masih hidup. Dan tak ada harapan juga bahwa suatu saat nanti mungkin kami akan kembali untuk bisa membawa jasad mereka pulang ke keluarga mereka masing-masing. Bahkan kalaupun kami bisa turun dan mendatangi jasad mereka, tak ada cara yang bisa kami lakukan untuk membawa jasad mereka turun melewati jalur ini tanpa membahayakan diri kami sendiri atau orang lain. 

Kami terpaksa harus kembali melanjutkan perjalanan turun menyadari bahwa jasad kedua teman kami telah ditakdirkan untuk tetap bersemayam di kaki Gunung Preta untuk selamanya. Yang bisa kami lakukan saat itu adalah kembali ke peradaban.

Butuh waktu satu minggu bagi kami untuk kembali ke tempat kedatangan awal kami. Satu minggu yang paling menyiksa seumur hidupku. Mark, Mitch dan aku hampir tak pernah saling berbicara sama sekali. Yang bisa kami lakukan hanyalah mendirikan tenda, atau melanjutkan perjalanan sambil terus mengawasi kemunculan pria tersebut dalam keheningan. Di minggu terakhir kami di Himalaya, jalur itu tampak jauh lebih bersahabat dari sebelumnya. Suasananya tampak begitu damai dan menyejukkan jiwa, kalau saja situasinya sedikit berbeda.

Menjelang dua hari terakhir perjalanan kami, saat kami tengah melewati hamparan pemandangan beku di sekeliling kami, Mark memecah keheningan dan menunjuk ke arah gundukan sesuatu berwarna kehitaman yang setengah terkubur oleh salju di kejauhan. Jalur menuju ke sana tidak terlalu berbahaya jadi kami memutuskan untuk sedikit menyimpang sejauh beberapa ratus meter dari jalur pulang kami untuk memeriksa benda tersebut.

Dan kami langsung menyesalinya.

Gundukan itu tergeletak begitu saja tak bergerak di bawah dinding jurang yang menjulang tinggi berbahaya. Aku yang pertama kali bergerak menghampirinya dan menyadari bahwa gumpalan itu adalah jasad manusia. Jasad seorang pendaki yang telah memutuskan untuk menantang jalur Iceman Trek namun telah gagal dan menemui ajalnya. Hanya kepala dan lengannya yang tampak mencuat dari lapisan salju. Aku menanggalkan maskernya dan bergidik ngeri melihat wajah di baliknya.

Pria ini telah mati selama berminggu-minggu. Bahkan mungkin berbulan-bulan. 

Kami sudah akan meninggalkan pemandangan mengerikan dan menyedihkan di hadapan kami itu dan kembali melanjutkan perjalanan saat Mark tiba-tiba berhenti.

"Tunggu. Coba periksa dadanya."

Awalnya aku merasa bingung mendengar kata-kata Mark. Tapi sekonyong-konyong aku langsung menyadari apa yang sedang dipikirkannya. Dan aku langsung teringat pada sesuatu yang sudah kuduga akan kutemukan. Dengan perasaan muram yang semakin menguasaiku, aku mulai menyingkirkan salju dari bagian depan jasad pria malang itu dan menampakkan seluruh bagian depan tubuhnya, dan jaket hitam yang dikenakannya, yang dihiasi oleh sebuah logo berwarna merah.

***

Aku kehilangan dua buah jari kaki dalam perjalanan pulang kami karena sepatu bootku akhirnya sobek dan udara dingin akhirnya menyerang. Aku menganggap diriku beruntung. Kebanyakan orang yang mendaki di jalur Iceman, kembali dalam keadaan yang jauh lebih buruk — kalau memang mereka berhasil kembali dalam keadaan hidup. Tapi tetap saja aku menangis tersedu-sedu saat aku mengamati kedua potong jari kakiku yang telah kutaruh di dalam sebuah kantung plastik bening saat kami sedang mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit di Tibet. Kedua jari itu mengingatkanku pada kedua temanku yang malang.

Sejak saat itu, aku tak pernah lagi mendaki gunung. Aku tak pernah lagi berobsesi untuk mencari keindahan. Hampir sepanjang hidupku aku telah mengambil risiko untuk menyaksikan pemandangan alam yang luar biasa. Dan aku tak pernah melihat tempat lain yang lebih damai dan tenang daripada dataran bersalju di mana kami menemukan jasad pria itu. Tapi seperti yang kukatakan di awal kisahku ini, bahkan pemandangan paling indah sekalipun dapat ternodai oleh sebuah kuasa jahat dan gelap.

Bahkan di tempat-tempat yang hanya segelintir orang saja yang berani mendatanginya.

Pikiran menyeramkan ini selalu membuatku terjaga di tengah malam. Saat aku terbangun dari tidurku ketika larut tiba, aku selalu membayangkan tempat peristirahatan terakhir kedua temanku, beribu-ribu kilometer jauhnya dari sini. Dan aku berharap semoga tempat mereka juga sama indahnya.

Namun aku kuatir kalau tak satu keindahan pun dapat menghentikan kuasa kegelapan dan kejahatan yang berdiam di perbukitan itu untuk terus menjerat orang-orang dalam cengkeramannya. Ia telah menjerat si pendaki gunung misterius itu. Ia telah menjerat Dalton, dan juga Kellen. Dan ia mungkin juga akan menjeratmu. Itulah alasannya kenapa aku memutuskan untuk menuturkan kisahku ini. Karena aku ingin memperingatkanmu:

Kedua temanku adalah orang-orang yang baik semasa hidup mereka. Tapi kalau kau pernah mendaki di Jalur Iceman Trek, mungkin kau tidak akan berpikir demikian.

~ TAMAT ~

Thank's udah mau baca sampai akhir. Arigatou Gozaimasu><

Follow Blog Ini Untuk Notifikasi UPDATE


0 Comments

About the author

Khai
Khai Uta : Indonesia blogger, Author, Poet writer, Traveller blogger, Motivate blogger. Live in Lombok Indonesia .

Post a Comment

Hai minna-san^^
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan… Marii mengobrol