Hari Terakhir Seorang Penyair |
Puisi Lirik - HARI TERAKHIR SEORANG PENYAIR
Puisi lirik, sebagai bentuk ekspresi puitis yang mengungkapkan gagasan pribadi seorang penyair atau aku lirik, menawarkan pengalaman mendalam melalui keterikatan emosional yang unik. Dalam kajian sastra, Waluyo (1991: 136) membedakan puisi lirik menjadi tiga jenis, yakni elegi, serenada, dan ode. Mari kita eksplorasi puisi lirik yang menggambarkan perasaan duka dan gelisah seorang aku lirik dalam menanti datangnya maut.
HARI TERAKHIR SEORANG PENYAIR
Di siang suram bertiup angin. Kuhitung pohon satu-satu
Tak ada bumi yang jadi lain: daun pun kuruh, lebih bisu
Ada matahari lewat mengedap, jam memberat dan hari menunggu
Sehala akan lenyap, segala akan lenyap, Tuhanku
Kemudian Engkau pun tiba, menjemput sajak yang tak tersua
Siang akan jadi dingin, Tuhan, dan angin telah sedia
Biarkan aku hibuk dan cinta berangkat dalam rahasia.
(Goenawan Mohamad, 1974:9)
Penutup Puisi Hari Terkahir Seorang Penyair
Melalui bait-bait indah yang terpintal dalam puisi "HARI TERAKHIR SEORANG PENYAIR" Goenawan Mohamad mengajak kita merenung tentang kehampaan dan ketidakpastian hidup. Dalam siang suram yang diwarnai kehadiran angin, kita disuguhkan gambaran seorang penyair atau aku lirik yang tengah menunggu datangnya maut. Puisi ini tidak hanya mencerminkan kepiawaian penyair dalam merangkai kata, tetapi juga mengundang kita untuk menjelajahi kompleksitas perasaan manusia terhadap ketidakpastian hidup dan akhir dari segala sesuatu.
Terimakasih sudah membaca jangan lupa komentar dan reques ingin puisi apa lagi yaaaa. salam dari admin. ADIOS