Puisi ASMARADANA
Puisi ini merupakan puisi romansa yang mengisahkan kisah cinta antara Damarwulan dengan Anjasmara.
Cinta yang melampaui batas waktu dan perjalanan seringkali menjadi sumber inspirasi yang tak terhingga. Puisi romansa klasik 'ASMARADANA' karya Goenawan Mohamad membawa kita merenung pada kisah cinta yang abadi antara Damarwulan dan Anjasmana. Dalam keindahan kata-kata, puisi ini memeluk nuansa romantika dan keperkasaan, menciptakan landasan yang kuat bagi pengalaman cinta yang tak terlupakan.
ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti yang jauh.
Tapi di antara mereka nerdua, tidak ada yang berkata-kata.
Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu.
Ia melihat peta, nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara,
ia tak akan lagi mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba karena ia tak berani lagi.
Anjasmara, adikku, tinggllah seperti dulu.
Bulanpun lamban dalam angina, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku, kulupakan wajahmu.
(Goenawan Mohamad, 1971;20).
Penutup Puisi ASMARADANA
Puisi 'ASMARADANA' menjadi sebuah perjalanan melalui kisah cinta yang abadi, yang tak hanya mencerminkan keindahan dalam kata-kata, tetapi juga menggambarkan kekokohan dan keabadian cinta sejati. Melalui goresan pena Goenawan Mohamad, kita diingatkan akan kekuatan cinta yang mampu mengatasi segala rintangan, melintasi waktu, dan menyulam hubungan yang tak terlupakan. Sebuah persembahan sastra yang mengajak kita merenung pada keindahan dan kekuatan cinta sejati.
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar. ADIOS